Home -- Indonesian -- Perform a PLAY -- 089 (Ringu at the bull race 1)
89. Ringu di balapan sapi 1
Di sebuah desa kecil di India Rangu memasangkan kekang kereta di pundak sapi-sapinya. Kemudian orang tuanya naik ke kereta yang ditarik oleh sapi-sapi itu.
Ringu: "Battu, naiklah, kita akan berangkat."
Battu: "Hore, kita akan pergi ke bazar."
Ringu: "Nanti di sana kita akan merayakan perayaan Hari Raya Sapi.''
Battu: "Ringu, aku penasaran apakah kamu bisa memenangkan balap sapi nanti di sana."
Ringu sangat gugup ketika ia duduk di depan mengendalikan sapi-sapi yang menarik kereta yang mereka naiki. Jalan yang akan mereka lalui akan melewati hutan. Beberapa orang bercerita bahwa di hutan itu ada harimau dan bahkan roh-roh jahat.
Battu: "Suruh sapi-sapinya berjalan lebih cepat, Ringu, lebih cepat."
Ringu: "Apakah nanti orang asing itu akan datang ke perayaan? Kamu tahu, orang asing yang tinggi dan berkulit putih. Orang yang selalu bercerita tentang Tuhan."
Di kota, keadaan sangat ramai sekali. Ketika sampai di sana, Ringu yang pertama kali melompat turun dari atas kereta mereka.
Ringu: "Aduh! Aduh! Kakiku!"
Duri yang cukup panjang menusuk telapak kaki Ringu. Dia mengatupkan mulutya dan mencabut duri itu. Kemudian ia berjalan terpincang-pincang di belakang orang tuanya. Ayahnya membeli barang-barang di sana dan Rangu dengan diam-diam mencuri sebuah pisang. Ia tahu sekali bahwa apa yang dilakukannya itu tidak baik, tetapi ia berpikir, orang-orang lain juga mencuri.
Mereka mendengar suara musik yang sangat indah. Ringu berlari mendekat ke arah musik itu tetapi ia justru bertabrakan dengan seorang laki-laki. Karena tabrakan itu, kertas-kertas yang ada di tangan orang itu jatuh berhamburan. Laki-laki itu ternyata adalah orang asing yang tinggi dan berkulit putih. Ringu ingin berlari dari sana, tetapi ada sesuatu yang menahannya sehingga ia memutuskan untuk tetap berdiri di sana.
Misionaris: "Tunggu sebentar, teman kecil, aku mau memberikan kertas ini kepadamu. Ini adalah surat dari Tuhan. Kamu bisa membaca tentang kasih Tuhan di dalam surat itu."
Ringu mengambil kertas itu dan meletakannya di dalam turban pengikat kepalanya.
Suara musik berhenti dan laki-laki India yang memainkan organ itu kemudian berdiri.
Pandu: "Nama saya Pandu. Dahulu saya sering memberikan korban kepada roh-roh, dan saya menyembah sapi-sapi. Tetapi sekarang aku mengenal Tuhan yang hidup dan melayani Dia. Dia sajalah Tuhan yang benar."
Ringu memikirkan arti dari kata-kata itu. Keesokan paginya, suara gendang yang sangat keras membangunkannya.
Dengan penuh kecemasan ia memperhatikan kakinya yang mulai memerah dan bengkak. Ayahnya kemudian memanggil seorang tabib. Ringu gemetar ketakutan ketika melihat tabib itu mendatanginya. Tabib itu memercikkan bubuk merica di lukanya dan meniup telinganya. Ringu berteriak.
Ringu: "Aduh! Aduh!"
Apakah bubuk merica dan tiupan di telinga itu manjur? Perlombaan sudah dimulai. Ringu merasakan sangat kesakitan. Tetapi ia mengambil tali kekang kereta dan berusaha memasang wajah yang senang.
(suara senapan tanda dimulai lomba)
Sapi-sapi itu mulai berlari. Para penonton bersorak. Ringu meringis karena kesakitan dan karena harus lari di belakang kereta sapinya. Ia terjatuh dan kemudian ...?
Dalam kisah selanjutnya kamu akan tahu bagaimana kelanjutan ceritanya.
Tokoh: Narator, Ringu, Battu, misionaris, Pandu
© Copyright: CEF Germany