STORIES for CHILDREN by Sister Farida(www.wol-children.net) |
|
Home عربي |
Home -- Indonesian -- Perform a PLAY -- 019 (Who is the true God 4) This page in: -- Albanian -- Arabic? -- Armenian -- Aymara -- Azeri -- Bengali -- Bulgarian -- Cebuano -- Chinese -- English -- Farsi -- French -- Fulfulde -- German -- Greek -- Guarani -- Hebrew -- Hindi -- INDONESIAN -- Italian -- Japanese -- Kazakh -- Korean -- Kyrgyz -- Macedonian -- Malayalam? -- Platt (Low German) -- Portuguese -- Punjabi -- Quechua -- Romanian -- Russian -- Serbian -- Slovene -- Spanish-AM -- Spanish-ES -- Swedish -- Swiss German? -- Tamil -- Turkish -- Ukrainian -- Urdu -- Uzbek
DRAMA -- tampilkan itu di depan teman-temanmu!
Sandiwara untuk ditampilkan oleh anak-anak
19. Siapakah Tuhan yang sebenarnya 4Raja Ahab sangat murka kepada Elia. Ahab: “Nabi ini yang harus bertanggungjawab atas kekeringan yang sangat panjang ini.” Ahab mengamuk. Apakah dia lupa bahwa sebenarnya kekeringan itu terjadi karena ia meninggalkan Allah yang hidup? Tiga tahun sudah berlalu. Tiga tahun tanpa setetes air hujanpun. Dan kemudian Elia mendatangi Raja Ahab lagi. Elia: “Raja Ahab, kalau engkau mau ada hujan yang turun lagi, kumpulkanlah seluruh rakyat bangsa ini bersama dengan semua imam-imam penyembah Baal; dan kita akan bertemu di Gunung Karmel. Di sana kita akan melihat siapakah Allah yang sebenarnya: TUHAN atau Baal.” Ahab menyetujui apa yang dikatakan oleh Elia. Keesokan harinya, seluruh bangsa itu naik ke puncak gunung Karmel. Apa yang akan terjadi di sana? Elia berseru kepada orang banyak itu, Elia: “Sampai kapan kamu akan ragu dan terombang-ambing? Putuskanlah hari ini siapa yang akan kamu layani: TUHAN Allah – atau Baal.” Rakyat yang ada di sana terdiam. Mereka memperhatikan Elia membuat sebuah mezbah dan kemudian meletakkan binatang korban di atas mezbah itu. Para nabi Baal juga melakukan hal yang sama. Elia: “Tunggu! Jangan nyalakan api! Biarlah semua orang berdoa kepada Tuhannya masing-masing. Dan Allah yang menurunkan api dari langit, Dialah Allah yang benar!” Saat itu juga para pengikut Baal langsung berseru memanggil nama tuhan mereka. Mereka berseru-seru sampai berjam-jam lamanya. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Elia mulai mengejek dan mentertawakan mereka, Elia: “Haha ... Coba panggil lebih keras. Mungkin tuhanmu itu sedang tidur, atau jangan-jangan dia sedang liburan!” Suasana menjadi hening ketika Elia menyiramkan air ke atas mezbahnya dan ke atas kayu di mezbah itu. Kayu yang basah justru tidak akan bisa terbakar, bukan? Dengan suara keras dan dengan segenap hati, Elia berdoa, Elia: “Ya TUHAN, Allah, tunjukkanlah kepada umat-Mu hari ini bahwa Engkaulah Allah Israel dan bahwa aku adalah hamba-Mu.” Wow! Tiba-tiba api menyambar dari langit dan membakar semua yang ada di atas mezbah itu, kurban persembahannya, kayunya, batu-batunya dan bahkan airnya juga! Semuanya terbakar dengan nyala api yang sangat besar. Karena terkejut dan ketakutan, bangsa itu bersujud dengan wajah yang sampai ke tanah dan kemudian berseru dengan suara nyaring, Bangsa itu bersama-sama: “TUHANlah Allah! TUHANlah Allah!” Sekarang seluruh bangsa itu menjadi percaya, dan para imam Baal harus menerima hukuman yang setimpal, mereka semua harus dihukum mati. TUHAN adalah Allah! Sekali lagi Elia berdoa kepada-Nya dan kemudian angin bertiup membawa awan yang hitam pekat. Tetes hujan pertama mulai turun. Hanya Allah yang hidup yang bisa membuat hujan turun lagi. Tokoh: Narator, Ahab, Elia, bangsa Israel © Copyright: CEF Germany |