STORIES for CHILDREN by Sister Farida(www.wol-children.net) |
|
Home عربي |
Home -- Indonesian -- Perform a PLAY -- 112 (Mirror of the truth) This page in: -- Albanian -- Arabic? -- Armenian -- Aymara -- Azeri -- Bengali -- Bulgarian -- Cebuano -- Chinese -- English -- Farsi -- French -- Fulfulde -- German -- Greek -- Guarani -- Hebrew -- Hindi -- INDONESIAN -- Italian -- Japanese -- Kazakh -- Korean -- Kyrgyz -- Macedonian -- Malayalam? -- Platt (Low German) -- Portuguese -- Punjabi -- Quechua -- Romanian -- Russian -- Serbian -- Slovene -- Spanish-AM -- Spanish-ES -- Swedish -- Swiss German? -- Tamil -- Turkish -- Ukrainian -- Urdu -- Uzbek
DRAMA -- tampilkan itu di depan teman-temanmu!
Sandiwara untuk ditampilkan oleh anak-anak
112. Cermin kebenaranBerapa kali kamu sudah melihat dirimu di cermin hari ini? Markus melihat wajahnya di cermin. Ia terkejut sekali. Tetapi bukannya membersihkan wajahnya dengan air dan sabun, ia justru mengangkat cermin itu dan membantingnya ke lantai dengan marah. (suara cermin pecah) Sayangnya, banyak orang melakukan hal yang sama terhadap Alkitab. Firman Allah itu bagaikan cermin dan menunjukkan kepada orang-orang dewasa maupun kepada anak-anak tentang apa yang tidak benar di dalam kehidupan mereka. Tetapi banyak orang tidak menyukainya. Yeremia adalah seorang nabi dari jaman dahulu, dan ia juga menjadi jurubicara Allah di Israel, dan ia mengalami hal yang sama. Khotbah-khotbahnya bagaikan cermin bagi bangsanya. Tetapi bangsanya tidak mau berubah. Allah terus bersabar kepada mereka. Lima puluh tahun lamanya. Suara Allah: “Yeremia, ambil gulungan kitab. Tulislah semua yang akan Aku katakan kepadamu. Mungkin bangsa itu mau mendengar dan mengubah kehidupan mereka.” Perlu berbulan-bulan lamanya untuk Yeremia menyelesaikan tugas itu. Yeremia mendiktekan firman Allah kepada sekretarisnya yang mencatat semua yang dikatakannya. Yeremia: “Barukh, akhirnya kita selesai. Engkau tahu bahwa aku tidak boleh lagi masuk ke dalam Bait Allah. Pergilah ke sana dan bawalah gulungan kitab ini.” Mikhaya mendengarkan ketika gulungan kitab itu dibacakan dengan suara keras. Ia langsung bergegas untuk menemui salah satu pejabat di istana Raja. Mikhaya: “Barukh membaca Firman Allah di dalam Bait Allah. Ternyata kita tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah. Allah pasti akan menghukum kita.” Pejabat: “Bawa ke sini orang itu bersama dengan gulungan kitabnya.” Barukh datang. Firman Allah bagaikan cermin bagi hati pejabat itu. Pejabat: “Barukh, bagaimana kamu menuliskan isi gulungan kitab ini?” Barukh: “Yeremia mendiktekannya kepadaku dan aku menuliskannya.” Pejabat: “Kita harus melaporkan hal ini kepada sang Raja. Barukh, bersembunyilah bersama dengan Yeremia, tidak seorangpun boleh mengetahui dimana kamu bersembunyi.” Raja Yoyakim duduk dengan nyaman di istananya, di dekat perapian yang menghangatkannya. Ada banyak hal di dalam hidupnya yang tidak baik. Tetapi ia sama sekali tidak mau mendengar Firman Allah. Setiap kali beberapa kalimat dibacakan, ia berdiri, mengambil sebagian dari gulungan kitab itu dan melemparkannya ke dalam api perapian. Ia melakukannya berulangkali sampai akhirnya seluruh gulungan itu habis terbakar. Di tempat persembunyian, Yeremia dan Barukh menuliskan kembali Firman Allah. Kasih Allah itu besar. Ia juga membuat firman-Nya dituliskan untuk kita di masa sekarang ini juga. Nasehat kakak untuk kamu: Bacalah Alkitab setiap hari. Biarkan kehidupanmu diubahkan sesuai dengan Firman Allah. Allah ingin agar kamu menjadi baik, khususnya di dalam hatimu. Tokoh: Narator, Yeremia, suara Allah, pejabat, Barukh, Mikhaya © Copyright: CEF Germany |