STORIES for CHILDREN by Sister Farida(www.wol-children.net) |
|
Home عربي |
Home -- Indonesian -- Perform a PLAY -- 060 (Christmas – so different 2) This page in: -- Albanian -- Arabic? -- Armenian -- Aymara -- Azeri -- Bengali -- Bulgarian -- Cebuano -- Chinese -- English -- Farsi -- French -- Fulfulde -- German -- Greek -- Guarani -- Hebrew -- Hindi -- INDONESIAN -- Italian -- Japanese -- Kazakh -- Korean -- Kyrgyz -- Macedonian -- Malayalam? -- Platt (Low German) -- Portuguese -- Punjabi -- Quechua -- Romanian -- Russian -- Serbian -- Slovene -- Spanish-AM -- Spanish-ES -- Swedish -- Swiss German? -- Tamil -- Turkish -- Ukrainian -- Urdu -- Uzbek
DRAMA -- tampilkan itu di depan teman-temanmu!
Sandiwara untuk ditampilkan oleh anak-anak
60. Natal – yang sangat berbeda 2Di sebuah desa yang ada di atas pegunungan itu, tidak ada seorangpun yang merayakan Natal. Tidak ada yang bersukacita atas kelahiran Tuhan Yesus. Tetapi Turea berbeda. Secara diam-diam, dia sudah bercerita kepada adiknya kisah tentang Maria, Yusuf dan bay Yesus. Turea sangat ingin merayakan Natal, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Di sekolah Turea, yang adalah sekolah Kristen, mereka memasang pohon Natal, ada juga hadiah-hadiah, lilin dan lagu-lagu Natal, tetapi di desanya, semua itu tidak ada. Turea kemudian mengenakan baju sehari-harinya, membuat adonan roti, mengambil air dari sumur dan memeras susu kambing miliknya. Turea sangat senang karena ia bisa menolong ibunya. Ia berpikir bahwa menolong ibunya juga salah satu cara untuk merayakan Natal. Di sore harinya, banyak tamu datang ke rumah mereka. Semua saudara-saudara mereka ingin betemu dengan Turea lagi, karena Turea hanya ada di rumah pada waktu liburan saja. Mereka makan kelinci panggang dan roti, yang adalah makanan pokok di desa mereka. Semua orang merasa bahwa makanan mereka sangat enak. Setelah makan, tiba-tiba Hassan berkata: Hassan: "Turea, ceritakan lagi kisah tentang bayi Yesus di palungan yang kamu ceritakan kepadaku tadi pagi." Tiba-tiba ruangan itu menjadi sepi dan tegang. Nama Yesus tidak diterima dengan baik di desa itu, dan karena itu, beberapa orang memandang ke arah Turea dengan penuh kemarahan. Armeen, salah satu sepupunya, mengejek Turea. Armeen: "Apakah mereka mengajarkan cerita itu di sekolahmu? Kamu tidak pernah menceritakannya!" Turea tetap diam. Dia merasa sendirian dan merasa ditolak. Sama seperti yang dialami Yesus bertahun-tahun yang lalu. Tetapi apapun yang terjadi, Turea mau tetap setia kepada Yesus. Ayahnya kemudian berkata, Ayah: "Tentu saja Turea tidak percaya kepada apa yang dituliskan di dalam Alkitab. Kita memiliki agama yang berbeda, Turea juga tahu itu. Betul kan, Turea?" Turea: "Tetapi aku percaya kepada Yesus. Dia adalah satu-satunya jalan untuk ke surga: Akulah Jalan, Kebenarandan Hidup, tak seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6). Semua orang terdiam dan memandang dengan penuh kebencian kepada gadis berusia 13 tahun itu. Turea sangat sedih bahwa saudara-saudaranya menolak Yesus. Ia langsung lari keluar dari ruangan itu dan menangis. Hanya dia satu-satunya yang mengasihi Tuhan Yesus. Mengapa orang-orang lain tidak mau mengasihi Yesus? Turea sama sekali tidak mengerti. Tiba-tiba, adiknya, Hassan, berdiri di dekatnya. Hassan: "Turea, aku suka ceritamu. Aku juga mau menjadi sepertimu." Turea tersenyum. Ia tidak takut lagi. Sukacita Natal sudah masuk ke dalam hatinya. Ia merayakan Natal—dengan Yesus di dalam hatinya! Tokoh: Narator, Hassan, Armeen, Turea, ayah © Copyright: CEF Germany |