Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map


YouTube Links
App Download


WATERS OF LIFE
WoL AUDIO


عربي
Aymara
Azərbaycanca
Bahasa Indones.
বাংলা
Български
Cebuano
Deutsch
Ελληνικά
English
Español-AM
Español-ES
فارسی
Français
Fulfulde
Gjuha shqipe
Guarani
հայերեն
한국어
עברית
हिन्दी
Italiano
Қазақша
Кыргызча
Македонски
മലയാളം
日本語
O‘zbek
Plattdüütsch
Português
پن٘جابی
Quechua
Română
Русский
Schwyzerdütsch
Srpski/Српски
Slovenščina
Svenska
தமிழ்
Türkçe
Українська
اردو
中文

Home -- Indonesian -- Perform a PLAY -- 116 (Bill's special Christmas tree)

Previous Piece -- Next Piece

DRAMA -- tampilkan itu di depan teman-temanmu!
Sandiwara untuk ditampilkan oleh anak-anak

116. Pohon natal Bill yang istimewa


Bill: “Menjengkelkan! Semua pohon Natal sudah habis. Ibu, Ibu kelamaan menunggu.”

Ibu: “Wah, Ibu Cuma berpikir, kalau kita membelinya belakangan maka harganya akan lebih murah. Kan kamu tahu bahwa uang kita tidak banyak.”

Bill: “Kemarin Rosi juga berdoa untuk sebuah pohon Natal. Ia pasti akan kecewa sekali, begitu juga beberapa anak yang lain.”

Bill mengingat tentang ayahnya. Ketika ayahnya masih hidup, mereka selalu mendapatkan pohon Natal yang bagus. Setelah ayah tidak ada lagi, semuanya menjadi berbeda.

Ibu: “Bill, masih ada satu di sana. Halo, bisakah saya membeli pohon Natal yang ini.”

Laki-laki: “Aku tidak menjual pohon yang itu. Itu untuk anak-anakku. Mereka pasti akan kecewa kalau aku tidak membawa pulang sebuah pohon Natal hari ini. Selamat hari Natal!”

Laki-laki itu kemudian pergi. Bill dan ibunya memunguti ranting-ranting pohon cemara yang masih berserakan di tanah dan kemudian membawanya pulang. Empat orang anak perempuan berdiri dengan sedih di pintu.

Anak perempuan: “Apakah Ibu membawa pohon Natal?”

Ibu: “Tidak. Maafkan Ibu, Nak.”

Dengan tidak mengucapkan sepatah katapun, mereka duduk mengelilingi meja untuk makan. Saat itu giliran Rosi yang berdoa.

Rosi: “Tuhan Yesus, aku meminta sebuah pohon Natal kepada-Mu. Apakah Engkau tidak mendengar doaku? Tetapi aku sudah tidak memintanya lagi. Sudah terlambat sekarang. Terima kasih karena Engkau memberikan makanan kepada kami. Amin.”

Kemudian ketika adik-adik perempuannya sudah tidur, Bill mendapatkan sebuah ide. Dengan hati-hati, ia membuat lubang-lubang di kayu gagang sapu dengan pisau kecilnya dan kemudian mengikat ranting-ranting cemara ke gagang sapu itu. Ia lalu memberdirikan gagang sapu itu di dalam sebuah pot yang diisi pasir agar bisa berdiri tegak, dan kemudian ia membalut pot itu dengan kertas.

Ibu: “Bill, pohon ini jadi kelihatan cantik sekali! Kamu hebat sekali. Ibu akan memasang dekorasi dan hiasan malaikat di puncak pohon ini. Adik-adikmu pasti akan sangat senang.”

Rosi yang paling senang.

Rosi: “Bill, ini pohon Natal terindah yang pernah kita miliki. Yesus memang sudah menjawab doaku.”

Dengan gembira, anak-anak itu duduk di sekeliling Ibu mereka ketika Ibu membaca kisah Natal dengan suara keras.

(suara kertas halaman buku yang dibuka)

Ibu: “Dan Maria melahirkan Anaknya laki-laki dan kemudian membalutnya dengan kain lampin serta meletakannya di dalam palunga.”

Lalu mengapa Ibu juga membaca kisah tentang penyaliban Yesus?

Ibu: “Salib Tuhan Yesus juga terbuat dari sebatang pohon. Pohon yang jauh lebih penting daripada pohon Natal. Palungan terbuat dari kayu dan salib juga terbuat dari kayu. Tuhan Yesus datang ke dunia ini untuk mati bagi kita. Natal tidak akan berarti tanpa salib.”


Tokoh: Narator, Bill, Ibu, Laki-laki, anak perempuan, Rosi

© Copyright: CEF Germany

www.WoL-Children.net

Page last modified on February 26, 2018, at 01:14 PM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)