Home -- Indonesian -- Perform a PLAY -- 090 (The angry teacher 2)
90. Guru yang marah 2
Battu: "Ayo Ringu, cepat! Kamu bisa menang!''
Kaki Ringu terasa sangat sakit. Tetapi ia sangat ingin menang dalam lomba pacuan sapi itu. Ia memegang tali kekangnya dengan sangat kuat, berlari dengan sangat cepat, dan mendahului beberapa lawannya. Ketika mendekati garis finish, ia sudah mengalahkan semua lawannya dan berada di urutan nomor satu.
Battu: "Menang! Ringu menang!"
Battu melompat kegirangan. Dan ayah Ringu merasa sangat bangga akan kemenangan Ringu.
Ringu merasakan sangat gembira ketika medali kemenangan dikalungkan di leher sapinya. Ia sudah menahan rasa sakitnya dengan penuh keberanian. Tetapi di rumah, keadaan kakinya menjadi bertambah buruk. Ringu bahkan sampai merasakan sakit kepala dan demam.
Ibu: "Berbaringlah di tempat tidur itu, Ringu. Lihat orang asing berkulit putih dan Pandu datang ke desa kita."
Ringu: "Aku mengenal orang asing itu. Ia yang selalu berbicara mengenai Tuhan yang mengutus Anak-Nya ke dunia ini."
Sahib Grubb: "Hello, kami mau menunjukkan beberapa gambar di dekat sumur. Kamu juga diundang. Apakah kamu mau datang?"
Ibu: "Maaf, tetapi kami tidak bisa datang. Anak kami sedang sakit. Kami sudah membawanya ke dukun tetapi ia belum sembuh juga. Bisakah anda menolong kami?"
Banyak orang memperhatikan ketika orang asing itu memeriksa kaki Ringu.
Sahib Grubb: "Ya, aku bisa menolong. Aku hanya membutuhkan seember air hangat. Kemudian aku akan menaburkan bubuk ini ke dalam air itu, dan mengaduknya. Suhu airnya memang pas sekali. Ringu, masukkan kakimu ke dalam air hangat itu. Obat ini akan menyembuhkan kakimu."
Ringu: "Sembuh sepenuhnya?"
Sahib Grubb: "Tentu saja. Jangan takut. Aku akan berdoa untukmu: Tuhan Yesus, Engkau bisa melakukan segala sesuatu. Sembuhkanlah kaki Ringu dan lindungilah rumah ini. Amen."
Perawatan dan doa itu ternyata manjur. Tidak lama kemudian, Ringu bisa kembali bersekolah. Ia membawa kertas yang diberikan oleh missionaris yang bernama Sahib Grubb, ke sekolah. Tetapi gurunya sama sekali tidak suka melihat kertas itu.
Guru: "Omong kosong. Kertas ini berbicara mengenai Tuhannya orang Kristen. Kita orang-orang India tidak boleh percaya kepada tulisan itu. Jangan pernah membawa kertas seperti itu lagi. Mengerti?"
Ia meremas kertas itu di tangannya dan membuangnya ke tempat sampah di pojok kelas. Tetapi Ringu sangat cerdik. Hari itu, ia menjadi orang terakhir yang keluar dari kelasnya, dan kamu pasti bisa menebak apa yang disembunyikannya di turban penutup kepalanya.
Ringu: "Battu, aku ingin sekali mendengar lebih banyak tentang Tuhannya orang Kristen itu."
Battu: "Apa kamu tidak mendengar apa yang dikatakan Pak Guru tadi? Kalau kamu tidak melakukan yang dikatakannya, nanti roh-roh akan datang dan memakanmu."
Ringu: "Tetapi roh-roh tidak memakan Sahib. Aku akan menyimpan kertas ini."
Battu: "Aku takut nanti kamu ketahuan."
Setelah peristiwa itu, ada beberapa tamu datang ke desa kecil di India itu.
Aku akan menceritakannya dalam kisah berikutnya.
Tokoh: Narator, Ringu, Battu, ibu, Sahib Grubb, Guru
© Copyright: CEF Germany