STORIES for CHILDREN by Sister Farida(www.wol-children.net) |
|
Home عربي |
Home -- Indonesian -- Perform a PLAY -- 125 (Deadly arrow 2) This page in: -- Albanian -- Arabic? -- Armenian -- Aymara -- Azeri -- Bengali -- Bulgarian -- Cebuano -- Chinese -- English -- Farsi -- French -- Fulfulde -- German -- Greek -- Guarani -- Hebrew -- Hindi -- INDONESIAN -- Italian -- Japanese -- Kazakh -- Korean -- Kyrgyz -- Macedonian -- Malayalam? -- Platt (Low German) -- Portuguese -- Punjabi -- Quechua -- Romanian -- Russian -- Serbian -- Slovene -- Spanish-AM -- Spanish-ES -- Swedish -- Swiss German? -- Tamil -- Turkish -- Ukrainian -- Urdu -- Uzbek
DRAMA -- tampilkan itu di depan teman-temanmu!
Sandiwara untuk ditampilkan oleh anak-anak
125. Panah yang mematikan 2Satu orang berani mengatakan kebenaran. Satu melawan 400 orang! Mikha: “Raja Ahab, Allah tidak menghendaki peperangan ini. Kalau engkau tidak mau mendengar perkataan Allah, engkau membahayakan hidupmu sendiri.” Ahab: “Kalian dengar itu? Ia menubuatkan kematian bagiku. Lemparkan dia ke dalam penjara. Sekarang juga!” Bagi Raja Ahab, ia tidak suka mendengar Firman Allah. Ia sudah mengambil keputusan bulat untuk menyerang kota Ramot. Orang yang tidak mendengarkan suara Allah sedang membahayakan hidupnya sendiri. Mata-mata utusan Ahab berusaha untuk mengetahui rencana peperangan dari musuh mereka. Mata-mata: “Ketika mereka berperang melawan tuanku Raja Ahab dan pasukannya, mereka tidak akan memanah para prajurit biasa tetapi langsung memanah ke arah tuanku Raja.” Tetapi Raja Ahab sangat cerdik. Ahab: “Raja Yosafat, aku akan menyamar di dalam peperangan, tetapi engkau tetap saja memakai jubah kebesaran sebagai raja. Dan kemudian kita akan berperang bersama-sama.” Raja Yosafat mengikuti usulan dari Raja Ahab. Tetapi sebenarnya aku cukup heran. Mengapa Raja Yosafat tidak mendengar Firman Allah? Biasanya, ia selalu mengambil keputusan dengan pertolongan Allah. Peperangan yang terjadi sangat sengit. Dan musuh memang berusaha mengincar sang Raja. Kamu pasti bisa membayangkan apa yang kemudian terjadi. Ketika pasukan musuh melihat Raja Yosafat yang mengenakan jubah kebesarannya, mereka berpikir bahwa ia adalah Raja Ahab dan kemudian menjadikannya sebagai sasaran serangan dan tembakan panah mereka. Yosafat berteriak dan berusaha menyelamatkan dirinya. Saat itu ia sungguh-sungguh menyadari bahwa orang yang tidak mau mendengar suara Allah sedang membahayakan hidupnya sendiri. Yosafat hampir mati dalam peperangan itu. Tetapi Allah menolongnya dan membuat musuh tidak lagi menyerang dia. Salah seorang prajurit musuh dengan asal-asalan menembakkan busurnya. Anak panahnya meluncur mengenai Raja Ahab dan membuatnya terluka sangat parah. Di sore harinya, Raja Ahab mati. Ia kehilangan nyawanya karena ia tidak mau mendengar perkataan Allah. Dan Yosafat disadarkan akan kesalahan yang dilakukannya. Apakah ia masih berani membuat keputusan tanpa pertolongan Allah lagi? Orang yang tidak mau mendengar firman Allah sedang membahayakan hidupnya sendiri. Raja Yosafat membiarkan dirinya terbujuk untuk pergi berperang tanpa Allah. Dan ia merasa sangat menyesal atas keputusannya yang salah itu. Bahkan kalaupun teman-teman di dalam kelompokmu berpikir kalau mengikuti kehendak Allah itu tidak “asyik”, jangan ikut-ikutan dengan keinginan mereka itu. Apapun yang dikatakan oleh orang-orang lain, tetaplah mendengar Firman Allah. Dan mintalah nasehat dari orang-orang yang mengenal dan mengasihi Yesus. Orang yang tidak mau mendengar Firman Allah sedang membahayakan hidupnya sendiri. Mendengar suara Allah akan mendatangkan sukacita, karena Allah tahu apa yang terbaik bagi diriku. Tokoh: Narator, Ahab, Mikha, mata-mata © Copyright: CEF Germany |